Showing posts with label TENTANG PANGANDARAN. Show all posts
Showing posts with label TENTANG PANGANDARAN. Show all posts

Masjid Rusak di Pangandaran

Potret Dari salah satu Masjid yang berada di :
DUSUN PORIS , RT 12 , RW 02 DESA MANGUNJAYA , KECAMATAN MANGUNJAYA, KABUPATEN PANGANDARAN JAWABARAT.

Seperti inilah tempat ibadah kami, sangat memprihatinkan di saat jalan-jalan pelosok Pangandaran di bangun MASJID kami masih tidak senggol sedikitpun oleh orang - orang yang punya wewenang. Miris sekali Yang dulunya tempat mengaji,tempat pengajian ibu-ibu,tempat di mana saya sendiri mendapat ilmu dan belajar tentang Agama. Sekarang sangat sepi sekali bahkan tidak ada kegiatan satupun yang di buat bila ada hari - hari besar ISLAM, Tidak ada renovasi sedikitpun di karenakan menunggu dana yang tak kunjung cukup untuk membeli kebutuhan matrial tsb.

Selain masjid yang mulai tidak ter urus, jama'ah pun mulai berkurang hanya segelintir orang saja yang masih tetap shalat berjama'ah disini. (termasuk saya jarang ikut).
Meskipun begitu, smoga kedepannya masjid ini bisa kembali seperti dulu lagi, tempat anak-anak mengaji,tempat berdakwah,tempat shalat berjamaah bersama dan kegiatan lainnya.


SEKIAN CERITA DARI PINGGIRAN KAMPUNG PANGANDARAN !! DI SHARE DAPET PAHALA X YAH






































Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.  (QS 9:18, At Taubah)

Pangandaran Tempat Wisata Jawa Barat

Pangandaran adalah kota dan kabupaten Kabupaten Pangandaran dalam provinsi Jawa Barat , Indonesia . Hal ini terletak di pantai selatan pulau Jawa . Sebuah berselancar pantai terkenal telah membuat Pangandaran tujuan wisata populer dikutip dari Wikipedia.


Awalnya, kawasan pantai Pangandaran ini dihuni penduduk asli setempat yang mayoritas penduduk suku sunda. Setelah banyak nelayan dari daerah lain, terutama dari daerah Jawa Tengah, mereka singgah dan akhirnya menetap di Pangandaran, mulailah penduduk di daerah ini berbaur menjadi heterogen.

Alasan banyaknya warga suku jawa dari daerah Jawa Tengah memutuskan bertransmigrasi ke Pangandaran, karena di daerah ini sangat melimpah sumber daya alamnya. Disampaing itu,  karena gelombang ombak yang tampak landai, akibat pantainya berbentuk tanjung, membuat nelayan mudah menangkap ikan dengan hasil tangkapan melimpah.

Tanjung ini terbentuk akibat terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut. Daratan ini sekarang disebut kawasan Cagar Alam Pangandaran. Berkat adanya tanjung inilah yang membuat gelombang besar tertahan dan akhirnya landai menuju pantai.

Menurut Ketua Pemandu Wisata Lokal Pangandaran, Asep Nurdin Rosihan Anwar, awalnya para nelayan pendatang menjadikan kawasan pantai Pangandaran sebagai tempat bersandar perahu sembari menangkap ikan.


Namun, karena betah tinggal di daerah pantai Pangandaran dan ada beberapa diantaranya menikah dengan warga setempat, akhirnya mereka enggan pulang ke kampung halamannya. Gelombang eksodus para nelayan pendatang semakin tinggi seiring daerah tersebut berkembang menjadi sebuah perkampungan nelayan.

Pangandaran berasal dari dua buah kata, yakni Pangan dan Daran. Pangan artinya makanan dan Daran adalah pendatang. “ Nama Pangandaran ini memiliki sebuah arti dan makna. Jika menilik dari kisah sejarah, nama Pangandaran ini memiliki arti sumber makanan bagi para pendatang, ujarnya. Pada zaman penjajahan, tepatnya, Presiden Wilayah Priangan era pemerintahan Hindia Belanda, Y. Everen, menyulap daerah Pananjung ini menjadi sebuah taman. Saat itu dia melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa untuk berhabitat di kawasan tersebut. Kawasan hutan itu pun berubah menjadi taman konservasi yang dilindungi.

Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Pangandaran, Yana Hendrayana menjelaskan, setelah di kawasan taman Cagar Alam Pananjung terdapat keanekaragaman satwa dan jenis–jenis tanaman langka, pada tahun 1934, kawasan ini kemudian ditetapkan sebagai suaka alam marga satwa. Hutan ini memiliki luas 530 Ha.

''Kemudian pada tahun 1961, setelah ditemukan Bunga Raflesia, kawasan ini berubah nama menjadi Cagar Alam,” ujar Yana. (Ntang/R2/HR-Online)

Kategori

Kategori